PARADIGMA KEHIDUPAN
Sabtu, 18 Juli 2020
Selasa, 14 Juli 2020
MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Layanan Sistem Informasi adalah suatu metode pengelolaan sistem informasi(SI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan SI terhadap bisnis perusahaan. Manajemen Layanan Sistem Informasi berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses (seperti Six Sigma, ERP, dsb). Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan sistem informasi dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.
Manajemen Layanan Sistem Informasi umumnya menangani masalah operasional manajemen sistem informasi dan bukan pada pengembangan teknologinya sendiri. Contohnya, proses pembuatan software komputer untuk dijual bukanlah fokus dari disiplin ini, melainkan sistem komputer yang digunakan oleh bagian pemasaran dan pengembangan bisnis di perusahaan perangkat lunak-lah yang merupakan fokus perhatiannya. Banyak pula perusahaan non-teknologi, seperti pada industri keuangan, ritel, dan pariwisata, yang memiliki sistem TI yang berperan penting, walaupun tidak terpapar langsung kepada konsumennya.
Alasan Kantor Pemerintahan Inggris membuat standar yang kemudian berkembang dan dikenal dengan istilah ITIL(Information Technology Infrastructure Library) adalah untuk memastikan terciptanya layanan publik yang berkualitas diseluruh lini pemerintahan kerajaannya. Dengan adanya sebuah panduan standar atau kriteria minimum ini diharapkanbahwa pemerintah pusat, daerah, distrik, hingga pada satuan terkecilnya dapat memberikan pelayanan kepada publik secara baik, dalam arti kata cepat, tepat, murah, dan terkendali. Mengingat bahwa hampir seluruh proses atau aktivitas pelayananpublik menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, maka dirasa perlu adanya rumusan standar yang harus dipatuhi oleh seluruh pelaku pemberi pelayanan (dan pemangku kepentingan terkait lainnya).
Dalam konteks ini, secara prinsip, ada 5 (lima) domain proses utama yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh dalammemastikan terjadinya pelayanan berbasis teknologi informasi yang handal, masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Service Strategy - mengisyaratkan bahwa setiap organisasi semacam perusahaan harus memiliki sebuah StrategiPelayanan yang menjadi panduan bagi setiap aktivitas “services” yang terjadi dalam perimeter organisasi. Secara prinsip,strategi ini berisi bagaimana cara dan mekanisme yang dianut serta perlu dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan organisasi di dalam usahanya untuk memberikan layanan yang baik.
2. Service Design - memperlihatkan bagaimana organisasi merancang ekosistem (infrastruktur dan superstruktur) teknologi informasi untuk memenuhi atau melayani para pemangku kepentingannya. Melalui desain ini, diharapkan tercipta suatulingkungan kondusif bagi divisi teknologi informasi dalam memberikan layanan prima ke segenap individu, kelompok,dan unit/divisi pengguna pada organisasi.
3. Service Transition - menggambarkan bagaimana organisasi bertransformasi atau menjalankan perubahan menuju rancangan lingkungan pelayanan yang diinginkan. Tahapan transisi ini harus dikawal dengan sebaik-baiknya agar efektif dan tidak terjadi chaos.
4. Service Operation - mendeskripsikan secara detail dan jelas mengenai inti dari rangkaian proses manajemen, yaitupengelolaan pelayanan itu sendiri pada tahap operasionalnya. Di sinilah para pelanggan internal maupun eksternal(pemangku kepentingan) akan mendapatkan langsung manfaat dari keberadaan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Continual Service Improvement - mengingatkan perlunya dilakukan perbaikan berkesinambungan terus menerus dari masa ke masa. Hal ini tidak saja berarti bahwa organisasi yang bersangkutan senantiasa belajar dan selalu berkembang dari masa ke masa, namun mengandung makna bahwa organisasi selalu siap menghadapi berbagai perubahan karena dinamika global.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa contoh perusahaan yang menggunakan manajemen layanan sistem informasi?
2. Apa kekurangan dari penerapan manajemen layanan sistem informasi pada perusahaan dan sudahkah mengikuti standar internasional?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui perusahaan yang menggunakan manajemen layanan sistem informasi.
2 Untuk mengetahui kekurangan dari penerapan manajemen layanan sistem informasi pada perusahaan dan sudah mengikuti standar internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Contoh Perusahaan Yang Menggunakan Manajemen Layanan Sistem Informasi
PT. Tridas Widiantara adalah sebuah perusahaaan yang bergerak di bidang IT. Namun, sebagai perusahaan yang berkembang perusahaan ini masih memiliki beberapa masalah terutama dalam proses bisnisnya. Dimana berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Infitharina (2007) dalam karangan skripsi-nya yang berjudul “Penerapan Information Technology Infrastructure Library Framework Pada Sistem Manajemen Service Desk (Studi Kasus: PT Tridas Widiantara)”, Infitharina menyimpulkan bahwa perlu diterapkan sistem manajemen service desk yang dapat membantu perusahaan Tridas Widiantara untuk meningkatkan kualitas pelayanan IT terhadap client, dengan beberapa catatan, antara lain:
· Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan metode SDLC.
· Pengembangan sistem ini dilakukan dalam enam tahap yang berurutan, dari mulai analisis sistem sampai pada operasionalisasi dan pemeliharaan sistem.
· Analisis Sistem
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap sistem yang akan dikembangkan berdasar pada hasil rumusan masalah yang terjadi di perusahaan. Dalam manajemen pelayanan IT perusahaan, masalah-masalah yang paling sering muncul adalah sulitnya pencatatan keluhan-keluhan atau pertanyaan-pertanyaan dari client yang masuk, penyampaian penyelesaian masalah yang diberikan kepada client selama ini kurang efektif dan efisien, komunikasi dalam pelayanan terhadap client kurang lancar.
· Client menghendaki pelayanan yang optimal.
B. Kekurangan Dari Penerapan Manajemen Layanan Sistem Informasi Pada Perusahaan
Permasalahan Penerapan ITIL Framework :
- Tidak ada pencatatan laporan.
- Pencatatan laporan menggunakan service desk.
- Sulit mengetahui perkembangan penanganan incident.
- Melihat perkembangan dengan status call ticket.
- Sulit mengontrol proses penanganan incident.
- Pencatatan dalam service desk yang mempermudah kontrol proses.
- Manajemen engineer tidak terkontrol.
- Menerapkan escalation.
Solusi :
Selama ini, manajemen perusahaan hampir tidak pernah melakukan pencatatan laporan aktivitas perusahaan seperti progress report proyek dan final report proyek. Pelayanan yang dilakukan terhadap para client pun masih belum optimal. Dalam menjalin hubungan dengan client terkadang terjadi salah komunikasi dan pengertian sehingga menyebabkan incident tidak dapat ditangani dengan tepat dan segera sesuai dengan harapan client.
Dalam internal perusahaan sendiri juga masih terjadi kekacauan, di antaranya kesulitan dalam pengendalian proses penanganan incident yang sedang dihadapi oleh client. Di dalam perusahaan tidak ada kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan terhadap client.
Dalam internal perusahaan sendiri juga masih terjadi kekacauan, di antaranya kesulitan dalam pengendalian proses penanganan incident yang sedang dihadapi oleh client. Di dalam perusahaan tidak ada kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan terhadap client.
Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan sistem manajemen service desk yang berbasis web online sehingga client bisa berhadapan langsung dengan tenaga ahli PT. Tridas Widiantara dalam menangani kesulitan-kesulitan yang ada. Dalam sistem manajemen service desk terdapat fungsi call ticket yang berfungsi mencatat segala laporan dari client mengenai incident yang dihadapi sehingga pihak perusahaan dapat dengan mudah mengetahui permasalahannya. Sistem manajemen service desk juga dilengkapi dengan fitur eskalasi yang memungkinkan operator menunjuk engineer tertentu untuk menangani incident. Dengan begitu, client juga mengetahui siapa yang membantu menangani incident yang sedang dihadapi. Pencatatan yang terstruktur seperti itu memudahkan perusahaan dalam melakukan kontrol. Selanjutnya, perusahaan dan client dapat mengetahui perkembangan penanganan incident dengan baik karena adanya pencatatan yang valid tersebut. Sejauh mana penanganan suatu incident dapat diketahui melalui fungsi penentuan status call ticket yang terdapat dalam sistem. Dengan begitu, perusahaan dapat memanfaatkan sistem manajemen service desk sebagai sebagian dari penerapan ITIL framework dan dapat meningkatkan pengelolaan layanan teknologi informasi.
PT Tridas Widiantara sudah mengikuti standar internasional. Setelah dilakukan penerapan sistem manajemen service desk pada PT Tridas Widiantara, control management perusahaan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Semua dokumentasi dalam proses bisnis dapat tercatat dengan baik dan terstruktur sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan proses bisnis selanjutnya. Penerapan sistem manajemen service desk juga dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan perusahaan. Keuntungan yang didapat dari hasil penerapan ITIL framework tidak hanya pada peningkatan kualitas pelayanan, tetapi juga peningkatan di bidang internal (misalnya keuntungan produksi), inovasi perusahaan, dan keuangan.
Dengan adanya penerapan ITIL pada perusahaan, sumber daya manusia yang diperlukan dalam proses bisnis dapat dikurangi, yang tentu saja juga akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Incident dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan pelayanan perusahaan yang tanpa menerapkan ITIL. Dan pada akhirnya, terjadi inovasi di dalam perusahaan di mana manajemen perusahaan menjadi lebih terkontrol dengan baik.
Untuk mendukung penggunaan sistem service desk dalam perusahaan diperlukan training khusus terhadap staf perusahaan yang berkaitan langsung dalam penerapan service desk ini, khususnya para staf yang bertugas sebagai operator dan engineer. Hal ini sangat diperlukan karena keberhasilan serta peningkatan kualitas dalam pelayanan terhadap client tidak semata-mata bergantung pada faktor sistem, tetapi juga bergantung pada SDM yang menggunakannya. Bersamaan dengan para staf yang terlatih, penerapan sistem manajemen service desk dalam perusahaan diharapkan akan lebih optimal.
Manfaat lain yang dapat diperoleh oleh perusahaan dalam penerapan ITIL framework sehubungan dengan penggunaan sistem manajemen service desk, antara lain :
- Melalui implementasi configuration management, service desk memiliki pengetahuan yang lebih besar mengenai hubungan antarpengguna, konfigurasi, dan incident.
- Dengan meningkatkan pengetahuan support level 1 (operator service desk) melalui problem management, organisasi dapat meningkatkan nilai resolusi level 1, dan kemudian mengurangi pekerjaan level 2 (engineer/tim support) yang biayanya empat sampai enam kali lebih mahal.
- Mengurangi waktu penanganan incident.
Sistem manajemen service desk ini memiliki kelebihan dalam aspek peningkatan kualitas pelayanan terhadap client. Sistem ini dikembangkan dengan menerapkan metode ITIL, yaitu dengan mengaplikasikan service desk yang merupakan salah satu komponen service support dan sangat sesuai untuk peningkatan mutu perusahaan dalam persaingan bisnis dan teknologi sekarang ini.
Daftar Pustaka :
MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen Layanan Sistem Informasi adalah suatu metode pengelolaan sistem informasi(SI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan SI terhadap bisnis perusahaan. Manajemen Layanan Sistem Informasi berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses (seperti Six Sigma, ERP, dsb). Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan sistem informasi dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.
Manajemen Layanan Sistem Informasi umumnya menangani masalah operasional manajemen sistem informasi dan bukan pada pengembangan teknologinya sendiri. Contohnya, proses pembuatan software komputer untuk dijual bukanlah fokus dari disiplin ini, melainkan sistem komputer yang digunakan oleh bagian pemasaran dan pengembangan bisnis di perusahaan perangkat lunak-lah yang merupakan fokus perhatiannya. Banyak pula perusahaan non-teknologi, seperti pada industri keuangan, ritel, dan pariwisata, yang memiliki sistem TI yang berperan penting, walaupun tidak terpapar langsung kepada konsumennya.
Alasan Kantor Pemerintahan Inggris membuat standar yang kemudian berkembang dan dikenal dengan istilah ITIL(Information Technology Infrastructure Library) adalah untuk memastikan terciptanya layanan publik yang berkualitas diseluruh lini pemerintahan kerajaannya. Dengan adanya sebuah panduan standar atau kriteria minimum ini diharapkanbahwa pemerintah pusat, daerah, distrik, hingga pada satuan terkecilnya dapat memberikan pelayanan kepada publik secara baik, dalam arti kata cepat, tepat, murah, dan terkendali. Mengingat bahwa hampir seluruh proses atau aktivitas pelayananpublik menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, maka dirasa perlu adanya rumusan standar yang harus dipatuhi oleh seluruh pelaku pemberi pelayanan (dan pemangku kepentingan terkait lainnya).
Dalam konteks ini, secara prinsip, ada 5 (lima) domain proses utama yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh dalammemastikan terjadinya pelayanan berbasis teknologi informasi yang handal, masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Service Strategy - mengisyaratkan bahwa setiap organisasi semacam perusahaan harus memiliki sebuah StrategiPelayanan yang menjadi panduan bagi setiap aktivitas “services” yang terjadi dalam perimeter organisasi. Secara prinsip,strategi ini berisi bagaimana cara dan mekanisme yang dianut serta perlu dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan organisasi di dalam usahanya untuk memberikan layanan yang baik.
2. Service Design - memperlihatkan bagaimana organisasi merancang ekosistem (infrastruktur dan superstruktur) teknologi informasi untuk memenuhi atau melayani para pemangku kepentingannya. Melalui desain ini, diharapkan tercipta suatulingkungan kondusif bagi divisi teknologi informasi dalam memberikan layanan prima ke segenap individu, kelompok,dan unit/divisi pengguna pada organisasi.
3. Service Transition - menggambarkan bagaimana organisasi bertransformasi atau menjalankan perubahan menuju rancangan lingkungan pelayanan yang diinginkan. Tahapan transisi ini harus dikawal dengan sebaik-baiknya agar efektif dan tidak terjadi chaos.
4. Service Operation - mendeskripsikan secara detail dan jelas mengenai inti dari rangkaian proses manajemen, yaitupengelolaan pelayanan itu sendiri pada tahap operasionalnya. Di sinilah para pelanggan internal maupun eksternal(pemangku kepentingan) akan mendapatkan langsung manfaat dari keberadaan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Continual Service Improvement - mengingatkan perlunya dilakukan perbaikan berkesinambungan terus menerus dari masa ke masa. Hal ini tidak saja berarti bahwa organisasi yang bersangkutan senantiasa belajar dan selalu berkembang dari masa ke masa, namun mengandung makna bahwa organisasi selalu siap menghadapi berbagai perubahan karena dinamika global.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa contoh perusahaan yang menggunakan manajemen layanan sistem informasi?
2. Apa kekurangan dari penerapan manajemen layanan sistem informasi pada perusahaan dan sudahkah mengikuti standar internasional?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui perusahaan yang menggunakan manajemen layanan sistem informasi.
2 Untuk mengetahui kekurangan dari penerapan manajemen layanan sistem informasi pada perusahaan dan sudah mengikuti standar internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Contoh Perusahaan Yang Menggunakan Manajemen Layanan Sistem Informasi
PT. Tridas Widiantara adalah sebuah perusahaaan yang bergerak di bidang IT. Namun, sebagai perusahaan yang berkembang perusahaan ini masih memiliki beberapa masalah terutama dalam proses bisnisnya. Dimana berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Infitharina (2007) dalam karangan skripsi-nya yang berjudul “Penerapan Information Technology Infrastructure Library Framework Pada Sistem Manajemen Service Desk (Studi Kasus: PT Tridas Widiantara)”, Infitharina menyimpulkan bahwa perlu diterapkan sistem manajemen service desk yang dapat membantu perusahaan Tridas Widiantara untuk meningkatkan kualitas pelayanan IT terhadap client, dengan beberapa catatan, antara lain:
· Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan metode SDLC.
· Pengembangan sistem ini dilakukan dalam enam tahap yang berurutan, dari mulai analisis sistem sampai pada operasionalisasi dan pemeliharaan sistem.
· Analisis Sistem
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap sistem yang akan dikembangkan berdasar pada hasil rumusan masalah yang terjadi di perusahaan. Dalam manajemen pelayanan IT perusahaan, masalah-masalah yang paling sering muncul adalah sulitnya pencatatan keluhan-keluhan atau pertanyaan-pertanyaan dari client yang masuk, penyampaian penyelesaian masalah yang diberikan kepada client selama ini kurang efektif dan efisien, komunikasi dalam pelayanan terhadap client kurang lancar.
· Client menghendaki pelayanan yang optimal.
B. Kekurangan Dari Penerapan Manajemen Layanan Sistem Informasi Pada Perusahaan
Permasalahan Penerapan ITIL Framework :
- Tidak ada pencatatan laporan.
- Pencatatan laporan menggunakan service desk.
- Sulit mengetahui perkembangan penanganan incident.
- Melihat perkembangan dengan status call ticket.
- Sulit mengontrol proses penanganan incident.
- Pencatatan dalam service desk yang mempermudah kontrol proses.
- Manajemen engineer tidak terkontrol.
- Menerapkan escalation.
Solusi :
Selama ini, manajemen perusahaan hampir tidak pernah melakukan pencatatan laporan aktivitas perusahaan seperti progress report proyek dan final report proyek. Pelayanan yang dilakukan terhadap para client pun masih belum optimal. Dalam menjalin hubungan dengan client terkadang terjadi salah komunikasi dan pengertian sehingga menyebabkan incident tidak dapat ditangani dengan tepat dan segera sesuai dengan harapan client.
Dalam internal perusahaan sendiri juga masih terjadi kekacauan, di antaranya kesulitan dalam pengendalian proses penanganan incident yang sedang dihadapi oleh client. Di dalam perusahaan tidak ada kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan terhadap client.
Dalam internal perusahaan sendiri juga masih terjadi kekacauan, di antaranya kesulitan dalam pengendalian proses penanganan incident yang sedang dihadapi oleh client. Di dalam perusahaan tidak ada kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan terhadap client.
Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan sistem manajemen service desk yang berbasis web online sehingga client bisa berhadapan langsung dengan tenaga ahli PT. Tridas Widiantara dalam menangani kesulitan-kesulitan yang ada. Dalam sistem manajemen service desk terdapat fungsi call ticket yang berfungsi mencatat segala laporan dari client mengenai incident yang dihadapi sehingga pihak perusahaan dapat dengan mudah mengetahui permasalahannya. Sistem manajemen service desk juga dilengkapi dengan fitur eskalasi yang memungkinkan operator menunjuk engineer tertentu untuk menangani incident. Dengan begitu, client juga mengetahui siapa yang membantu menangani incident yang sedang dihadapi. Pencatatan yang terstruktur seperti itu memudahkan perusahaan dalam melakukan kontrol. Selanjutnya, perusahaan dan client dapat mengetahui perkembangan penanganan incident dengan baik karena adanya pencatatan yang valid tersebut. Sejauh mana penanganan suatu incident dapat diketahui melalui fungsi penentuan status call ticket yang terdapat dalam sistem. Dengan begitu, perusahaan dapat memanfaatkan sistem manajemen service desk sebagai sebagian dari penerapan ITIL framework dan dapat meningkatkan pengelolaan layanan teknologi informasi.
PT Tridas Widiantara sudah mengikuti standar internasional. Setelah dilakukan penerapan sistem manajemen service desk pada PT Tridas Widiantara, control management perusahaan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Semua dokumentasi dalam proses bisnis dapat tercatat dengan baik dan terstruktur sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan proses bisnis selanjutnya. Penerapan sistem manajemen service desk juga dapat meningkatkan kualitas dalam pelayanan perusahaan. Keuntungan yang didapat dari hasil penerapan ITIL framework tidak hanya pada peningkatan kualitas pelayanan, tetapi juga peningkatan di bidang internal (misalnya keuntungan produksi), inovasi perusahaan, dan keuangan.
Dengan adanya penerapan ITIL pada perusahaan, sumber daya manusia yang diperlukan dalam proses bisnis dapat dikurangi, yang tentu saja juga akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Incident dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan dengan pelayanan perusahaan yang tanpa menerapkan ITIL. Dan pada akhirnya, terjadi inovasi di dalam perusahaan di mana manajemen perusahaan menjadi lebih terkontrol dengan baik.
Untuk mendukung penggunaan sistem service desk dalam perusahaan diperlukan training khusus terhadap staf perusahaan yang berkaitan langsung dalam penerapan service desk ini, khususnya para staf yang bertugas sebagai operator dan engineer. Hal ini sangat diperlukan karena keberhasilan serta peningkatan kualitas dalam pelayanan terhadap client tidak semata-mata bergantung pada faktor sistem, tetapi juga bergantung pada SDM yang menggunakannya. Bersamaan dengan para staf yang terlatih, penerapan sistem manajemen service desk dalam perusahaan diharapkan akan lebih optimal.
Manfaat lain yang dapat diperoleh oleh perusahaan dalam penerapan ITIL framework sehubungan dengan penggunaan sistem manajemen service desk, antara lain :
- Melalui implementasi configuration management, service desk memiliki pengetahuan yang lebih besar mengenai hubungan antarpengguna, konfigurasi, dan incident.
- Dengan meningkatkan pengetahuan support level 1 (operator service desk) melalui problem management, organisasi dapat meningkatkan nilai resolusi level 1, dan kemudian mengurangi pekerjaan level 2 (engineer/tim support) yang biayanya empat sampai enam kali lebih mahal.
- Mengurangi waktu penanganan incident.
Sistem manajemen service desk ini memiliki kelebihan dalam aspek peningkatan kualitas pelayanan terhadap client. Sistem ini dikembangkan dengan menerapkan metode ITIL, yaitu dengan mengaplikasikan service desk yang merupakan salah satu komponen service support dan sangat sesuai untuk peningkatan mutu perusahaan dalam persaingan bisnis dan teknologi sekarang ini.
Daftar Pustaka :
Selasa, 21 April 2020
Rabu, 01 April 2020
Rabu, 15 Januari 2020
Rabu, 30 Oktober 2019
Senin, 01 Juli 2019
Manusia Dan Penderitaan
Manusia dan Penderitaan
BAB 1.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang
hidup di dunia ini pasti terkadang mengalami yang namanya pendertiaan. Tingkat
penderitaan yang dialami setiap manusia atau individu berbeda-beda. Ada yang
ringan, sedang dan berat sekalipun.
Begitulah realita hidup di dunia. Allah sengaja
memberikan penderitaan atau masalah kepada hambanya untuk menguji diantara
hambanya. Mana di antara hambanya tersebut yang bertakwa dan bersabar terhadap
masalah yang Allah berikan kepadanya. Sesuai dengan firman Allah di dalam
Al-Qur’an :
“...dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Q.S Al-Baqarah; 177).
B.Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini, sebagai berikut :
1.
Penderitaan
2.
Siksaan
3. Kekalutan
Mental
C.Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1.
Untuk mengetahui dan mamahami tentang manusia dan
penderitaan
2.
Untuk menegetahui pengertian, siksaan, dan kekalutan
mental
3. Untuk
menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia atau orang
dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo Sapiens, berarti manuisa yang tahu, sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
mahluk lain).
Di dalam makahlah ini, kami akan membahas beberapa sub
materi dari Manusia dan Penderitaan. Sub materi tersebut, yaitu Penderitaan,
Siksaan, dan Kekalutan Mental.
A.Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Derita berasal dari bahasa sansekerta dhra yang
artinya menahan atau menggung. Penderita menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
susunan W.J.S Poerwadarminta. Artinya menanggung (merasakan) sesuatu yang
tak menyenangkan. Dengan demikian, penderitaan merupakan lawan dari kesengangan
atau kegembiraan.
Manusia terdiri daru dua aspek,
yaitu jasmani atau tubuh dan aspek rohani atau jwa. Kedua aspek itu, tidak
dapat dispisahkan, apabila salah satu aspek tersebut hilang dari diri manusia
akan terdapat dua pengertian yang berbeda, yaitu, tubuh tanpa jiwa dinamakan
mayat, sedangkan jiwa tanpa tubuh akan di sebut jin atau setan. Kemudian timbul
pertanyaan. Apakah yang dirasakan oleh tubuh juga mempengaruhi batin ?.
Berikut ini akan diberikan suatu penggambaran tentang
hubungan pendertiaan jasmani dan rohani.
Seorang gadis cantik putrid tunggal seorang kaya mendapat
kecelakaan sewaktu ngebut dengan mobil barunya. Kakinya patah, tubuhnya
menderita luka-luka berat, begitu pula dengan mukanya. Akibatnya ia harus
kehilangan kaki kanannya karena dipotong, tubuhnya penuh jahitan, demikian juga
dengan mukanya yang sebelumnya merupakan kebanggan dirinya dan keluarganya.
Setelah memperoleh kecelakaan dan selama berbulan-bulan di rumah sakit,
penderitaan jasmani sangan dirasakannya. Setiap hari erangan ksakitannya selalu
terdengan dan rintihannya pun tak kunjung padam karena ada syarafnya yang
terganggu. Lebih jauh dari itu, setelah sadar bahwa yang selama ini
dibanggakannya telah lenyap, akhirnya ia menderita batin. Ia merasa tidak
cantik lagi, selain itu kawan-kawan yang seblumnya akrab makin menjauh, ia
makin terasa terpencil dari pergaulan.
Sementara itu, selain dirinya,
keluarganya ikut menderita batin, karean anak kesayangan dan kebanggan yang
iharapkan sebagai generasi penerus dalam keluarga hilang jadinya. Terlebih,
setelah calon besarpun makin menjauh dan hendak memutuskan hubngan dengan anak
gadisnya, harta yang cukup banyak tidak mampu menyelamatkan mereka.
Berdasarkan contoh itu, sebaiknya kita menyadari bahwa
setiap orang, termasuk diri kita akan mengalami penderitaan. Tentunya, bentuk
dan sifat penderiataan itu tidak sama. Setiap orang akan mendapatkan penderitaan
yang bentuk dan sifatnya berbeda-beda.
Penderitaan merupakan salah
satu risiko dalam kehidupan yang telah digariskan oleh Yang Mahakuasa, di
samping kesenangan atau kebahagiaan yang diberikan kepada umatnya. Tetapi,
semua itu diberikan bukan tanpa rencanya. Tuhan menciptakan keduanya, terutama
penderitaan atau kesedihan dengan maksud agar manusia dalam keadaan bahagia
atau sedih, senang atau menderita, selalu ingat kepada-Nya. Hal itu lebih
bersifat ujian. Tetapi, Tuhan tidak pernah memberikan ujian yang melebihi batas
kemampuan manusia. Itulah sebabnya, sebelum memberikan penderitaan, Tuhan
memberikan tanda. Hanya saja, mampukan manusia menangkap atau tanggap terhadap
peringatan yang di berikan-Nya.
Perkembangan dan penyebaran
hasil teknologi modern menyebabkan berita penderitaan meluas dengan cepat lewat
berbagai media massa. Berita sebab-sebab manusia menderita seperti kebakaran,
kelaparan, wabah penyakit, banjir silih berganti mengisi lembaran Koran, layar
tv, radio, dengan maksud agar kita semua menyelesaikan atau mendengarkan dan
ikut merasakan dan megalami dari kajauhan, demikian menurut sapardi joko
damono. Jelas bahwa penderitaan merupakan bagian terpenting dan menarik
perhatian media massa di mana pun. Hal itu disebabkan penderitaan merupakan
bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang akan mengalami penderitaan atau
musibah.
Penderitaan yang disiarkan
melalui berbagai media massa atau yang dialami sendiri uumnya menggugah hati
manusia untuk berbuat sesuatu. Perbuatan itu bermacam-macam sesuai dengan
kerelaan, sesanggupan, kemampuan, dan tekad yang ada padanya. Para dermawan
segera mengirimkan sumbangan untuk meringankan beban si penderita. Sukarelawan
segara bertindak membantu kesulitan yang dihadapi penderita. Pengurus
organisasi segera mengumpulkan sumbangan dari anggotanya untuk dikirim ke
tempat-tempat kejadian.
Dengan mempelajari berbagai
kasus penderitaan, manusia berarti mempelajari sikap, nilai, harga diri,
ketamakan, kesombongan orang, dan sebagainya. Semua itu bermanfaat memperdalam
dan memperluas persepsi, tanggapan, wawasan, dan penalaran bagi yang
mempelajarinya.
Ditinjau dari sifatnya, penderitaan dapat di bagi menjadi
dua, yaitu penderitaan fisik dan penderitaan batin.
1.
Penderitaan Fisik
Penderitaan fisik adalah perasaan yang tidak menyenangkan
yang di tanggung oleh badan/ jasmani seseorang. Penderitaan termasuk realitas
dunia dan manusia. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Sebabnya munculnya
penderitaan adalah :
1.
Penderitaan yang timbul disebabkan oleh perbuatan orang
lain
2.
Penderitaan yang timbul karena siksaan/azab Tuhan
1.
Penderitaan Batin
Penderitaan batin adalah perasaan yang tidak menyenangkan
yang di hanya di rasakan di dalam hati atau perasaan yang mengganggu pemikiran
dan jiwa seseorang. Penderitaan batin bisa muncul dikarenakan kehidupan sosial
yang di alami oleh penderita.
B.Siksaan
Siksaan bersal dari kata dasar siksa. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia siksa berarti penderitaan (kesengsaraan dan sebagainya);
hukuman dengan cara di sengsarakan(disakiti). Sedangkan siksaan berarti hasil
menyiksa atau perlakuaan yang sewenang-wenang(seperti menyakiti, menganiaya,
dan sebagainya.
Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara introgasi
unutk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagi metode
pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang di anggap sebagai
ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan
sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Berikut adalah contoh-contoh siksaan dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain :
1.
Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita
suatu penyakit. Rasa sakit ni dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin,
besar-kecil, tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri
padanya. Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter juga berkemungkinaan mengalaminya.
Siksaan seperti ini terjadi atas kehendak Yang Mahakuasa. Akan tetapi Allah
menurutkan sebuah rasa sakit kepada hambanya yang beriman bukan untuk menyiksa,
melainkan sebagai penggugur dosa bagi yang tertimpa rasa sakit.
“Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan berupa
penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan bersama dengannya
dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
1.
Penganiayaan
Penganiayaan merupakan bentuk siksaan fisik yang di alami
oleh seseorang di sebabkan oleh orang lain. Seseorang melakukan tindakan
penganiayaan bisa di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti hasad/dengki,
Tamak, Emosi, ataupun Dendam.
C.Kekalutan Mental
Pengertian kekalutan mental
merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kakacauan dan
kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat
kekalutan mental berarati seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental
dan tak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang
jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental tak
waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau kekalutan
mental seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di sekitarnya
seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau teman-teman
pergaulannya. Hal ini tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat
lagi dalam hidup.
Tahapan-tahapan gangguan jiwa adalah :
1. Gangguan
kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohaninya.
2. Usaha
mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara
bertahan dirinya salah, pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila
menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak
menekan perasaannya.
3. Kekalutan
merupakan titidk patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami
gangguan
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat
banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
1. Kepribadian
yang lemah
2. Terjadinya
konfilik sosial budaya
3. Cara
pematangan batin
Penderita kekalutan mental banyak terdapat
dalam lingkungan seperti :
1. Kota-kota
besar
2. Anak-anak
muda
3. Wanita
4. Orang
yang tidak berguna
5. Orang
yang terlalu mengejar materi
Secara sederhana, kekalutan mental dapat
dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi
persoalan yang harus diatasi, sehingga yang bersangkutan bertingkahlaku secara
kurang wajar. Misalnya, seseorang yang tidak mampu menjawab sebuah pertanyaan
ujian, menggigit-gigit pensil.
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari penjelasan didalam
makalah ini, dapat kami simpulkan bahwa. Penderitaan merupakan hal yang pasti
di alami oleh setiap manusia. Oleh karenanya, kita sebagai hamba Allah yang
bertakwa lebih baik berserah diri dan bersabar dalam menghadapi setiap
penderitaan atau masalah yang Allah berikan kepada kita.
Langganan:
Postingan (Atom)